Salahnya Siapa?

Saat anak terjatuh, pernahkah mendengarkan-atau mungkin kita lah pelaku utamanya, para orang tua malah menyalahkan benda-benda yang membuat si anak jatuh, entah itu batu, lantai, kursi atau paling parah kodok šŸ˜€ Ya… saya pernah mendengarnya, mirisnya dari ibu saya sendiri. Beliau melakukan demikian waktu anak saya berlari tidak melihat ke depan, akhirnya menabrak tembok. Jadilah si tembok yang disalahkan oleh ibu saya, waktu itu ibu saya memukul si tembok yang malang. Akhirnya, setiap kali anak saya jatuh, dia selalu saja menyalahkan apa yang membuatnya jatuh.

Sedih melihat anak saya seperti itu, akhirnya saya memberitahunya baik-baik, waktu itu usia anak saya belum cukup dua tahun. Ternyata usia segitu bisa ngerti juga yaa apa yang orang tua sampaikan. Jadilah, alhamdulillah sampai saat ini, jika anak saya jatuh, dia tidak pernah menyalahkan siapapun selain minta ditiup yang sakitnya.

Mam… sebenarnya didikan “menyalahkan” bukanlah hal yang baik sama sekali. Meski maksud si orang tua baik yaitu untuk mendiamkan si anak dari tangisan. But as u know, menyalahkan bukanlah solusi. Jika diteruskan, maka si anak akan tumbuh menjadi generasi yang bisanya hanya menyalahkan apa saja atas keteledorannya. Contohnya: menyalahkan guru saat diberikan tugas banyak, menyalahkan atasan atas gaji yang dipotong, menyalahkan apa saja padahal sebenarnya yang salah dia šŸ˜€ Intinya si anak akan tumbuh menjadi generasi pecundang, dimana dia tidak mampu bertanggung jawab atas kesalahannya malah mengkambing hitamkan orang/benda lain. Sangat miris, bukan?

Jadi pilihannya, apakah anda mau si kecil menjadi generasi pecundang yang bisanya hanya menyalahkan? Pilihannya ada di tangan anda yaaa.. Saya pribadi, ketika berhadapan dengan orang yang melakukan hal demikian kepada anak saya, segera saya koreksi saat itu juga, bahkan kepada ibu saya. Tidak mengapa loh… soalnya masa depan si anak dipertaruhkan. Mendidik anak tidak bisa diulang lagi soalnya šŸ˜€

Berikan Komentarmu ^_^ Hindari iklan terselubung yaa..